Pernah dengar kata di atas? Bagi pembaca setia Harry Potter pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah ini. Sebelumnya maaf bagi yang tidak suka Harry Potter. Terkadang ada yang komplain dengan berbagai alasan miring jika ada akhwat yang menggemari novel ini. Saya perlu jelaskan, bahwa novel ini hanya fantasi dan fiktif, bukan untuk diyakini kebenarannya. Dan saya sendiri telah mengikuti sejak serinya yang pertama ketika duduk di kelas 3 Madrasah Tsanawiyah hingga menyelesaikan seri yang ketujuh di tahun kedua kuliah. Bukan apa-apa, saya hanya salut dengan daya imajinasi dan kemampuan mendeskripsikan cerita yang dimiliki penulisnya, membuat pembaca seolah-olah dapat memvisualisasikan dengan jelas di pikirannya apa yang terjadi pada setiap adegan cerita. J.K Rowling - penulis Harry Potter - mampu menciptakan fantasi dunia lain, dengan kultur dan istilahnya sendiri. Hampir sama dengan J.R.R. Talkien yang menulis The Baggins dan Lord of The Rings, sedemikian lengkapnya Talkien menciptakan tokoh-tokoh fiktif dari rumpun bangsa yang fiktif pula, membuat latar di dunia "Middle Earth" yang antah-berantah, bahkan sebagai perangkat pelengkap Talkien menciptakan bahasa baru, yaitu bahasa bangsa Elf. Jadi, sekali lagi saya bukan mengangkat magic atau sihirnya ya.. Sihir adalah syirik yang masuk ke dalam dosa besar. Saya hanya mengambil manfaat dari gaya kepenulisannya.
Nah, kembali ke occlumency. Meminjam istilah yang ada di Harry Potter, occlumency adalah kemampuan menutup pikiran agar tidak dapat dibaca oleh orang lain. Untuk apa menutup pikiran? Untuk menutupi keadaan atau informasi yang sebenarnya. Di seri yang ke-5, Harry sering merasa sakit pada bekas luka di dahinya. Tanpa disadari ternyata pikirannya terkoneksi dengan Voldemort yang akan sangat berbahaya jika dibiarkan, karena kapan saja Voldemort dapat membaca dan mengendalikannya dari jauh, sehingga Harry diperintahkan untuk belajar occlumency pada Snape, guru super killer yang paling dihindarinya. Snape adalah orang yang paling mahir ber-occlumency. Saya sempat bingung tentang Snape, sebenarnya dia ada di pihak yang mana karena dia adalah mantan "Pelahap Maut" alias pengikut Voldemort namun sudah insaf. Sebagian besar mantan pelahap maut yang mengaku insaf hanya pura-pura, agar tidak dipenjara di Azkaban. Makanya saya tidak percaya pada Snape. Tapi ternyata dugaan saya salah, Snape adalah mata-mata Dumbledore yang paling setia dan pemberani. Dengan kemampuan occlumencynya ia dapat masuk ke dalam forum petinggi pelahap maut bahkan Voldemort sendiri percaya padanya.
Occlumency, menutup pikiran agar tidak bisa terbaca orang lain. Tanpa disadari terkadang kita juga memiliki dan mempraktikkan kemampuan itu di dunia nyata. Seperti dalam lirik nasyid Maidany, "Dua wajah dalam satu tubuh" seperti itulah kira-kira. Menurut saya, sisi phlegmatic seseorang mengendalikan hal ini. Unsur phlegmatic selalu mampu meredam dan menyembunyikan emosi dalam diri. Ketika wajahnya tersenyum belum tentu hatinya tersenyum, begitu contoh mudahnya. Kemudian, unsur phlegmatic juga selalu mampu mengeksplorasi kondisi lingkungan maupun orang di sekitarnya dengan indra pendengar dan penglihatannya, suka memperhatikan atau mendengarkan diam-diam dan tanpa disadari oleh orang lain. Jadilah ia mempunyai pustaka informasi di pikirannya tentang orang atau lingkungan tersebut. Dari itulah ia mampu memutuskan harus bagaimana bersikap jika harus berocclumency.
Bagaimana mengetahui bahwa seseorang sedang ber-occlumency? Nah, jika Anda bertemu langsung dengan seseorang yang Anda curigai sedang ber-occlumency, tatap matanya. Jika matanya menghindar maka memang betul ia sedang ber-occlumency. Orang yang menyembunyikan sesuatu cenderung menghindari tatapan wajah lawan bicaranya. Namun tips ini bisa jadi tidak berlaku bagi praktisi occlumency tingkat lanjut. Ia tahu bahwa menghindari tatapan bisa membuat kedoknya terbongkar, maka ia akan menantang tatapan lawan bicaranya seperti tidak terjadi apa-apa. Biasanya yang terakhir ini dilakukan oleh mereka yang menjalankan misi atau amanah tertentu yang sangat penting, misalnya mereka yang menjadi mata-mata atau informan bisnis dsb.
Bagaimana jika tidak bertatap muka langsung, misalnya melalui telepon atau media komunikasi lain, misalnya di jejaring media. Nah, untuk pembicaraan melalui telepon, kita bisa mencurigainya ketika menanyainya sesuatu misalnya dengan "kenapa" atau "lagi dimana" dsb, maka ia tidak serta merta menjawab, ada jeda waktu yang digunakan untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan tersebut. Biasa mereka menutupi jeda tersebut dengan "Hmm..." sebelum menjawab pertanyaan. Berbeda jika seseorang yang tidak menyembunyikan sesuatu maka ia akan refleks memberikan jawaban. Tapi tips ini hanya berlaku kepada orang-orang yang dari awal telah "suspect-occlumency" alias dicurigai dari gelagatnya yang tidak biasa.
Nah, yang agak susah mengenali orang yang ber-occlumency melalui jejaring sosial. Untuk yang satu ini hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah sangat mengenal dan memahami orang tersebut. Sebenarnya bisa ditandai dengan statusnya yang tidak sesuai dengan keadaannya pada saat itu. Misal begini, kita tahu bahwa suasana hatinya sedang sedih, namun dari statusnya yang kita baca berisi kata-kata ceria. Maka perlu kita curigai, karena ada ketidakcocokan antara suasana hati dan statusnya. Sebenarnya orang itu sedang menyembunyikan kesedihannya. Dan bahkan mungkin saja kesedihannya itu terlalu dalam, dan ia tidak ingin orang lain mengetahuinya, sehingga ia menutupi kesedihannya itu dengan status ceria.
Kemudian dari segmentasi praktisinya, saya perhatikan kalangan perempuan lebih sering menggunakan jurus ini. Pernah saya lihat di twitter kata-kata berikut : Yang paling tidak bisa dipercaya dari seorang perempuan adalah ketika ia mengatakan "Aku baik-baik saja" :D. Biasanya perempuan cenderung lebih suka memendam emosi dan perasaannya, dengan niat tidak ingin merepotkan orang lain. Padahal jauh dalam hatinya, tetap saja ia butuh bantuan dan dukungan. Jika tidak ada yang memahaminya, jadilah ia menanggung beban sendirian. Dan seceria apapun ia sebelumnya, perubahan akan tampak melalui bahasa tubuhnya. Mungkin ia tetap tampak ceria ketika bersama kita, namun ketika kita mendapatinya seorang diri dari kejauhan, ia akan tampak murung.
Bagaimana bisa memutuskan bahwa seseorang itu suspect-occlumency? Kuncinya adalah ta'aruf, tafahum, ta'awun, takaful ^.^
Moga bermanfaat :)
#DW #MWC #BelajarNulis
*Bonus : Lirik Nasyid Dua Wajah (Maidany)
Kawan mungkin engkau lihat ia selalu tersenyum padamu, Namun dibalik senyumnya ternyata ia menyimpan duka yang pilu
Kawan mungkin engkau lihat ia selalu bercanda padamu, Namun di balik riangnya ternyata ia menyimpan air mata sayu
Kita terkadang menyembunyikan perasaan kita, Ooo…yang sebenarnya pada manusia
Untuk menyimpan wajah hati kita yang sesungguhnya, Ooo…seperti dua wajah pada satu tubuh
Lihatlah lebih dekat saudara kita agar tidak menerka isi hatinya
Bila tiada dapat mennjadi teman baiknya jadilah saudara yang selalu mendo’akannya
Thx,
BalasHapusSalam ID Harvest